Anda, siapakah orang yang paling bisa di percaya untuk menyampaikan hukum-hukum agama ini? Ini adalah sebuah pertanyaan yang penting.
Pasalnya, aku membperhatikan bahwa sebagian orang suka mengerjakan keringanan ( rukhsah). Mereka juga senang jika ada fatwa yang sesuai dengan nafsu mereka. Sebagian orang bahkan mendengar fatwa seperti itu akan amat girang dan memuji si Ulama yang memberi fatwa sambil mengatakan, " Ini baru ulama yang cerdas dan memahami realitas"
Dan tak jarang, kita menemukan orang yang berani mengatakan," perbuatan ini berdasarkan fatwa seorang ulama", kendati amal itu menyalahi Al-Quran dan Hadits, atau di dalamnya terdapat unsur menyepelekan agama, dan nash-nash syari’at.
Bahkan, ada juga juga segolongan orang berani mensiasati hukum-hukum Allah untuk mencari keringanan-keringanan basgi mereka.
Padahal Allah telah berfirman, " Janganlah kamu mengikuti nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah." (QS, Shad: 26).
Allah takkan pernah bertanya kepada anda tentang ulama atau mufti yang memberi fatwa ini. Tapi yang Allah tanyakan hanyalah," Apakah anda mengikuti Al-Quran da Sunnah Muhammad sholalallahu ‘alaihi wa sallam?"
Atas dasar itu, perlu saya ulangi pertanyaan saya tadi: siapakah yang paling bisa di percaya untuk menyampaikan hukum-hukum Allah itu? Apakah setiap orang yang memakai jubah atau surban, dan oran-orang yang sering tampil di layar televisi dan selalu memulai ucapannya dengan alhamdulillah dan menutupnya dengan kata wallahua’lam, atau orang yang sering berkoar-koar tentang pembaharuan islam? Atau, apakah setiap orang boleh berfatwa tentan hukum agama?
Perlu di catat, bahawasanya untuk menilai kejujuran seorang ulama itu cukuplah kita tanyakan pertanyaan berikut ini: " Apakah fatwa itu selaras dengan nilai Al-Quran dan Sunnah?"
Allah berfirman:
"Dan ingatlah hari ketika Allah menyuruh mereka, seraya berkata,"apakah jawabanmu kepada Rasul?" (QS: Al-Qashash: 64).
Waspadalah untuk tidak menjadi golongan yang mengikuti ulama-ulama sesat! Nabi Muhammad sholalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda," Sungguh, yang aku takuti dari umatku adalah timbulnya para pemimpin yang menyesatkan ( HR. Tirmidzi ).
Singkat kata, fatwa para ulama yang menggampangkan agama itu hanya akan bisa menipu orang-orang bodoh dan dungu saja.
Pasalnya, aku membperhatikan bahwa sebagian orang suka mengerjakan keringanan ( rukhsah). Mereka juga senang jika ada fatwa yang sesuai dengan nafsu mereka. Sebagian orang bahkan mendengar fatwa seperti itu akan amat girang dan memuji si Ulama yang memberi fatwa sambil mengatakan, " Ini baru ulama yang cerdas dan memahami realitas"
Dan tak jarang, kita menemukan orang yang berani mengatakan," perbuatan ini berdasarkan fatwa seorang ulama", kendati amal itu menyalahi Al-Quran dan Hadits, atau di dalamnya terdapat unsur menyepelekan agama, dan nash-nash syari’at.
Bahkan, ada juga juga segolongan orang berani mensiasati hukum-hukum Allah untuk mencari keringanan-keringanan basgi mereka.
Padahal Allah telah berfirman, " Janganlah kamu mengikuti nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah." (QS, Shad: 26).
Allah takkan pernah bertanya kepada anda tentang ulama atau mufti yang memberi fatwa ini. Tapi yang Allah tanyakan hanyalah," Apakah anda mengikuti Al-Quran da Sunnah Muhammad sholalallahu ‘alaihi wa sallam?"
Atas dasar itu, perlu saya ulangi pertanyaan saya tadi: siapakah yang paling bisa di percaya untuk menyampaikan hukum-hukum Allah itu? Apakah setiap orang yang memakai jubah atau surban, dan oran-orang yang sering tampil di layar televisi dan selalu memulai ucapannya dengan alhamdulillah dan menutupnya dengan kata wallahua’lam, atau orang yang sering berkoar-koar tentang pembaharuan islam? Atau, apakah setiap orang boleh berfatwa tentan hukum agama?
Perlu di catat, bahawasanya untuk menilai kejujuran seorang ulama itu cukuplah kita tanyakan pertanyaan berikut ini: " Apakah fatwa itu selaras dengan nilai Al-Quran dan Sunnah?"
Allah berfirman:
"Dan ingatlah hari ketika Allah menyuruh mereka, seraya berkata,"apakah jawabanmu kepada Rasul?" (QS: Al-Qashash: 64).
Waspadalah untuk tidak menjadi golongan yang mengikuti ulama-ulama sesat! Nabi Muhammad sholalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda," Sungguh, yang aku takuti dari umatku adalah timbulnya para pemimpin yang menyesatkan ( HR. Tirmidzi ).
Singkat kata, fatwa para ulama yang menggampangkan agama itu hanya akan bisa menipu orang-orang bodoh dan dungu saja.
No comments:
Post a Comment