Kisah Pengemis Penipu adalah kisah yang saya lihat sendiri. Dan kisah ini hanya sekedar berbagi cerita agar dapat diambil pelajaran bagi kita maupun bagi orang yang bercita-cita menjadi pengemis.
Saat itu bermula dari seorang teman yang habis shalat shubuh mendapati 2 orang yang sedang duduk di teras masjid dengan berpakaian rapi, wajah yang seolah-olah sayu dan memelas dengan membawa tas berukuran sedang. Namanya Hatta , yang sekarang menjadi Dosen di Mataram ini lalu mendekati mereka. Dengan ciri kas nya yang murah senyum dia menyapa salam dan menjabat salah satu tangan orang asing ini (dia tidak mau salamankarena yang satu wanita mahromnya), kemudian dia bertanya, “Dari mana mas?” . Lalu sang laki-laki menjawab,”Dari Jawa Timur mas, tepatnya dari Porong Sidoarjo”. “Wah jauh banget ya mas? Sama lumpur Lapindo jauh tidak?” Tanya temanku. Laki-laki itu menjawab “Tidak hanya deket mas, tapi juga termasuk korban lumpur Lapindo, rumah kami sudah hilang dan mendapat ganti rugi yang sedikit dari pemerintah, Bapak Ibu kami sudah meninggal, sekarang kami tinggal bersama bibi yang sedang sakit parah.” Sementara temanku hanya manggut-manggut kepala dna menaruh rasa iba pada dua orang ini.
“Terus di Yogya ada acara apa mas?” Imbuh temanku
“kami sedang mencari saudara, tapi sayangnya belum ketemu rumahnya, kami harus kehilangan dompet . Makanya alamatnya juga hilang. Apalagi kami juga kehabisan bekal perjalanan.” Tampak wajah memelas laki-laki itu berharap belas kasihan dari temanku.
“Ini adik perempuan saya,” Tunjuk laki-laki itu, saya hanya kasihan padanya mas, dia belum ngerti apa-apa.
“Eh, sudah makan belum dari kemarin,” Potong temanku.
“Belum mas,” jawab mereka lirih sambil geleng-geleng kepala.
Singkat cerita, akhirnya temanku membawa mereka ke kontrakannya. Mereka disuruh mandi, disediakan makanan dan pakaian. Dan mereka direncanakan akan dibelikan tiket pulang ke Sidoarjo dan dikasih uang saku.
Saat itu ditempatku sekitar jam 09:00 WIB. Kami sebagai bujang waktu itu kami terbiasa kumpul-kumpul di halaman sekitar masjid . Sekedar sharing, cerita pengalaman dan lain-lain. Sedang enak-enaknya ngobrol terdengar suara motor kas prima. Ternyata temanku Hatta. Kebiasaan kami ketika bertemu mengucapkan salam.
Setelah saling sapa, kami menanyakan ke dia yang tumben datangnya aga siang. Akhirnya dia bercerita kalau di rumahnya lagi ada tamu. Dan menceritakan semua kejadian yang dia alami tadi Shubuh kepada kami.
Diantara kami ada teman yang bernama Safrun. Dia kaget seketika mendengar cerita yang dipaparkan oleh Hatta. Dengan segera dia menimpali, "Loh kok sama!!! Itu ceritanya sama persis yang saya alami beberapa bulan lalu. Saat itu ada 2 orang laki-laki dan perempuan yang duduk di teras masjid deket rumahku juga. Dan berasalan sama." "Bahkan kami ijinkan ke takmir masjid untuk memberi tumpangan sementara dan memberinya uang saku untuk pulang ke kampung halamannya." Tambah Safrun.
Kami sempat bingung apa yang terjadi dengan peristiwa itu, kemudian daripada su'udzon (prasangka buruk) kami berinisiatif untuk mempertemukan tamu misterius ini di masjid ini.
Akhirnya temanku pulang kembali ke kontrakannya untuk menjemput sang tamu. Dengan jaraknya hanya ratusan meter memungkinkan lebih cepat kembali.
Hanya 5 menit temanku Hatta sudah datang membawa sang tamu. Sesudah salam kami semua duduk berdekatan. "Nah teman-teman, ini orangnya tamu saya yang dari Sidoarjo itu." ucap Hatta untuk membuka percakapan.
Temanku Safrun yang dari tadi nampak tenang dengan senyum tipisnya memperkenalkan diri, "Nama saya Safrun, dulu kita pernah bertemu, Mas masih ingat saya?"
Hening beberapa detik, laki-laki itu berpikir agak lama, "Tidak mas."
"Masak lupa mas, kan kita bertemu belum lama ini kok." Safrun meyakinkan.
"Saya tidak ingat mas." dengan menampak wajah yang seolah-olah polos.
"Maskan dulu pernah datang ke Masjid X, bersama seorang perempuan yang mas bilang kalau itu adik mas, terus mas juga mengaku dari Sidoarjo. Masak lupa sih Mas? Jangan bohong loh, jujur saja mas!!!" Tegas Safrun dengan nada yang tenang.
Laki-laki itu hanya menundukkan kepala karena malu, setelah di jelaskan sama Safrun barulah dia mengaku kalau dia beberapa bulan yang lalu berkunjung di Masjid dekat rumah Safrun.
"Kok mas melakukan itu sih? Emang kerja mas aslinya apa?" tanya Hatta.
Laki-laki tu hanya terdiam seribu bahasa.
"Mas.........mas jangan mempermainkan orang-orang yang Ikhlas membantu orang yang tidak mampu! Apa yang mas lakukan ini membuat orang-orang yang dulunya ikhlas membantu menjadi Apriori dengan orang-orang yang nasibnya tidak beruntung. Mereka akan berpikir ulang untuk membantu jangan-jangan ini penipuan seperti yang mas lakukan."
"Saya mohon maaf pak" Jawab lelaki itu dengan menundukkan kepala.
"Maskan masih muda, umur baru duapuluhan kok, tenaga nya kuat. kan bisa mencari kerja." Imbuh Safrun
Waktu yang cukup lama mengobrol dengan laki-laki ini tanpa ada amarah diantara kami kecuali hanya sebuah nasihat-nasihat agar mencari rizki yang halal.
Akhir kata Hatta tetap menampung laki-laki tersebut dan membelikan 2 tiket untuk mereka.
Inilah sepenggal kisah dari kisah pengemis penipu. Semoga bermanfaat
Saat itu bermula dari seorang teman yang habis shalat shubuh mendapati 2 orang yang sedang duduk di teras masjid dengan berpakaian rapi, wajah yang seolah-olah sayu dan memelas dengan membawa tas berukuran sedang. Namanya Hatta , yang sekarang menjadi Dosen di Mataram ini lalu mendekati mereka. Dengan ciri kas nya yang murah senyum dia menyapa salam dan menjabat salah satu tangan orang asing ini (dia tidak mau salamankarena yang satu wanita mahromnya), kemudian dia bertanya, “Dari mana mas?” . Lalu sang laki-laki menjawab,”Dari Jawa Timur mas, tepatnya dari Porong Sidoarjo”. “Wah jauh banget ya mas? Sama lumpur Lapindo jauh tidak?” Tanya temanku. Laki-laki itu menjawab “Tidak hanya deket mas, tapi juga termasuk korban lumpur Lapindo, rumah kami sudah hilang dan mendapat ganti rugi yang sedikit dari pemerintah, Bapak Ibu kami sudah meninggal, sekarang kami tinggal bersama bibi yang sedang sakit parah.” Sementara temanku hanya manggut-manggut kepala dna menaruh rasa iba pada dua orang ini.
“Terus di Yogya ada acara apa mas?” Imbuh temanku
“kami sedang mencari saudara, tapi sayangnya belum ketemu rumahnya, kami harus kehilangan dompet . Makanya alamatnya juga hilang. Apalagi kami juga kehabisan bekal perjalanan.” Tampak wajah memelas laki-laki itu berharap belas kasihan dari temanku.
“Ini adik perempuan saya,” Tunjuk laki-laki itu, saya hanya kasihan padanya mas, dia belum ngerti apa-apa.
“Eh, sudah makan belum dari kemarin,” Potong temanku.
“Belum mas,” jawab mereka lirih sambil geleng-geleng kepala.
Singkat cerita, akhirnya temanku membawa mereka ke kontrakannya. Mereka disuruh mandi, disediakan makanan dan pakaian. Dan mereka direncanakan akan dibelikan tiket pulang ke Sidoarjo dan dikasih uang saku.
Saat itu ditempatku sekitar jam 09:00 WIB. Kami sebagai bujang waktu itu kami terbiasa kumpul-kumpul di halaman sekitar masjid . Sekedar sharing, cerita pengalaman dan lain-lain. Sedang enak-enaknya ngobrol terdengar suara motor kas prima. Ternyata temanku Hatta. Kebiasaan kami ketika bertemu mengucapkan salam.
Setelah saling sapa, kami menanyakan ke dia yang tumben datangnya aga siang. Akhirnya dia bercerita kalau di rumahnya lagi ada tamu. Dan menceritakan semua kejadian yang dia alami tadi Shubuh kepada kami.
Diantara kami ada teman yang bernama Safrun. Dia kaget seketika mendengar cerita yang dipaparkan oleh Hatta. Dengan segera dia menimpali, "Loh kok sama!!! Itu ceritanya sama persis yang saya alami beberapa bulan lalu. Saat itu ada 2 orang laki-laki dan perempuan yang duduk di teras masjid deket rumahku juga. Dan berasalan sama." "Bahkan kami ijinkan ke takmir masjid untuk memberi tumpangan sementara dan memberinya uang saku untuk pulang ke kampung halamannya." Tambah Safrun.
Kami sempat bingung apa yang terjadi dengan peristiwa itu, kemudian daripada su'udzon (prasangka buruk) kami berinisiatif untuk mempertemukan tamu misterius ini di masjid ini.
Akhirnya temanku pulang kembali ke kontrakannya untuk menjemput sang tamu. Dengan jaraknya hanya ratusan meter memungkinkan lebih cepat kembali.
Hanya 5 menit temanku Hatta sudah datang membawa sang tamu. Sesudah salam kami semua duduk berdekatan. "Nah teman-teman, ini orangnya tamu saya yang dari Sidoarjo itu." ucap Hatta untuk membuka percakapan.
Temanku Safrun yang dari tadi nampak tenang dengan senyum tipisnya memperkenalkan diri, "Nama saya Safrun, dulu kita pernah bertemu, Mas masih ingat saya?"
Hening beberapa detik, laki-laki itu berpikir agak lama, "Tidak mas."
"Masak lupa mas, kan kita bertemu belum lama ini kok." Safrun meyakinkan.
"Saya tidak ingat mas." dengan menampak wajah yang seolah-olah polos.
"Maskan dulu pernah datang ke Masjid X, bersama seorang perempuan yang mas bilang kalau itu adik mas, terus mas juga mengaku dari Sidoarjo. Masak lupa sih Mas? Jangan bohong loh, jujur saja mas!!!" Tegas Safrun dengan nada yang tenang.
Laki-laki itu hanya menundukkan kepala karena malu, setelah di jelaskan sama Safrun barulah dia mengaku kalau dia beberapa bulan yang lalu berkunjung di Masjid dekat rumah Safrun.
"Kok mas melakukan itu sih? Emang kerja mas aslinya apa?" tanya Hatta.
Laki-laki tu hanya terdiam seribu bahasa.
"Mas.........mas jangan mempermainkan orang-orang yang Ikhlas membantu orang yang tidak mampu! Apa yang mas lakukan ini membuat orang-orang yang dulunya ikhlas membantu menjadi Apriori dengan orang-orang yang nasibnya tidak beruntung. Mereka akan berpikir ulang untuk membantu jangan-jangan ini penipuan seperti yang mas lakukan."
"Saya mohon maaf pak" Jawab lelaki itu dengan menundukkan kepala.
"Maskan masih muda, umur baru duapuluhan kok, tenaga nya kuat. kan bisa mencari kerja." Imbuh Safrun
Waktu yang cukup lama mengobrol dengan laki-laki ini tanpa ada amarah diantara kami kecuali hanya sebuah nasihat-nasihat agar mencari rizki yang halal.
Akhir kata Hatta tetap menampung laki-laki tersebut dan membelikan 2 tiket untuk mereka.
Inilah sepenggal kisah dari kisah pengemis penipu. Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment