HIU yang merupakan ikan buas dan sebagai predator yang ganas, selama ini kita kenal jago renang di lautan dalam, seperti hiu martil, hiu macan maupun hiu malaikat. Namun demikian ternyata ada juga jenis hiu yang tidak bisa berenang, tetapi berjalan di dasar laut, karena itu hiu tersebut dijuluki hiu berjalan atau walking shark.
Dinamakan hiu berjalan karena dia tidak menggunakan siripnya untuk berenang, tetapi untuk berjalan di dasar laut. Hiu ini hanya ditemukan di perairan Raja Ampat, Papua Barat oleh tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) .
Menurut Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Suharsono, pihaknya bekerja sama dengan beberapa lembaga penelitian menemukan 11 spesies baru hiu di perairan Raja Ampat, Papua Barat . Dua di antaranya (Hemiscyllium galei dan Hemiscyllium henryi) merupakan jenis hiu berjalan. Penelitiannya itu dilakukan pada tahun 2007.
Dengan ditemukannya spisies baru tersebut membuktikan betapa kaya biota laut yang dimiliki Indonesia. Ukuran tubuh hiu berjalan ini lebih kecil dibanding hiu pada umumnya. Hal yang mencolok pada hiu berjalan adalah warna kulitnya yakni tutul-tutul kecokelatan. Warna corak ini akan berubah seiring bertambahnya usia ikan tersebut.
Perubahan hanya pada warnanya, tetapi corak dasarnya masih tetap sama. Corak dasar itulah yang membedakan spesies Hemiscyllium galei dengan Hemiscyllium henryi Selain itu, ukuran tubuh Hemiscyllium galei juga tampak lebih besar dibanding Hemiscyllium henryi.
Hiu berjalan hanya memakan hewan-hewan kecil dasar laut seperti kerang. Bentuk giginya tumpul seperti gigi ikan lele, gunanya untuk memecah cangkang siput atau kerang.berbeda dengan gigi hiu pemakan ikan pada umumnya, runcing dan kuat.
Rp 20 Miliar
Sebelas spesies baru yang ditemukan LIPI itu kemudian dibawa ke Balai Lelang di Monaco pada tahun 2007 selanjutnya dilelang dan berhasil mendulang dana sebesar 2 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 20 miliar (jika kurs 1 dolar = Rp 10.000).
Hasil lelang itu digunakan untuk mendukung penelitian dan program konservasi kelautan di kawasan Papua Barat. Selain itu, untuk meningkatkan kapasitas ahli taksonomi kelautan Indonesia yang jumlahnya masih sedikit.. Ini semua dilakukan LIPI agar kelak para ahli taksonomi dapat mendeskripsikan species-species baru dari perairan Indonesia.
Sebelas nama spesies baru yang ditemukan di perairan Raja Ampat, Papua Barat itu yakni Hemiscyllium galei atau hiu berjalan dan diambil dari nama Jaffrey Gale, Hemiscyllium henryi atau hiu berjalan dengan corak berbeda dan diambil nama dari Wolcott Henry,Melanotaenia synergos diambil nama dari Synergos Institute sebagai penghargaan dari pemenang lelang Peggy Dulay, Corythoichthys benedetto diambil dari nama mantan Perdana Menteri Italia Benedetto Craxi, Pterois andover yang merupakan pilihan nama dari Sindhucajana Sulistyo.
Selain itu Pseudanthias charlenae merupakan pilihan nama dari Pangeran Albert II dari Monaco, Pictichromis caitlinae merupakan nama yang diambil dari Caitlin Elizabeth Samuel, anak Kim Samuel Johnson sebagai hadiah ulang tahun ke-19.
Pseudochromis jace dari singkatan nama Jonathan, Alex, Charlie, dan Emily, nama dari empat anak Lisa dan Michael Anderson, Pterocaesio monikae diambil dari nama Lady Monika Bacardi
Kemudian ada nama Chrysiptera giti diambil dari nama perusahaan yang dimiliki Enki Tan dan Cherie Nursalim, GITI, dan Paracheliumus nursalim, diambil dari nama Sjamsul dan Itjih Nursalim penghormatan dari Cherie Nursalim dan Michelle Liem.(Moch Dany Fadly/dari berbagai sumber-12)
(/)
Sumber info : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/01/27/175041/Hiu-Berjalan-dari-Perairan-Papua-Barat
Sumber foto: google image
No comments:
Post a Comment