Den Haag Belanda menolak minat Indonesia untuk membeli main battle tank Leopard 2 dengan alasan HAM. Soal HAM, bagaimana dengan Belanda sendiri? Dari foto-foto ini terlihat rekam jejak kekejaman dan kejahatan HAM Belanda di Indonesia.
Untuk pertama kali dalam sejarah muncul foto-foto eksekusi yang dilakukan oleh militer Belanda selama tindakan agresi di Indonesia. Foto-foto tersebut berasal dari album pribadi Jacobus R., seorang prajurit Belanda.
Dalam foto itu terlihat likuidasi tiga orang Indonesia. Mereka berdiri membelakangi peleton tembak di tepi sebuah parit pada saat mereka mulai ditembaki. Dengan kata lain mereka ditembak mati dari arah belakang.
Parit tersebut, seperti terlihat pada foto kedua, penuh dengan mayat orang-orang Indonesia yang telah lebih dulu dieksekusi. Sementara di tepi parit berdiri dua tentara Belanda, dikenali dari seragam mereka.
Pertama Kali
Para ahli dari Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie/NIOD (Lembaga Dokumentasi Sejarah Belanda) dan Nederlandse Instituut voor Militaire Historie/NIMH (Lembaga Sejarah Militer Belanda) mengatakan bahwa foto-foto tersebut belum pernah terlihat sebelumnya.
"Itu bukan foto-foto biasa dan pastinya tidak setiap tentara Belanda membawa pulang foto-foto seperti ini ke rumah," ujar pegawai NIMH kepada De Volkskrant (10/7/2012).
Demikian juga pada NIOD foto-foto sejenis itu belum pernah ada. "Kami mempunyai banyak album disini. Kami menunggu suatu saat muncul foto-foto seperti itu dan inilah saatnya. Saya sendiri sebelumnya belum pernah melihatnya," cetus Rene Kok, peneliti foto pada NIOD.
"Saya sungguh terguncang ketika saya melihat foto-foto itu," imbuh Kok dikutip NRC Handelsblad (10/7/2012).
Menurut Kok, lembaganya meyakini foto-foto seperti itu dimungkinkan ada, sebab banyak prajurit Belanda saat itu membawa kamera.
"Tapi foto-foto yang ada umumnya tentang kesetiakawanan, makan-makan dan panorama. Pembantaian secara bijak tidak diabadikan. Namun ternyata tak seorang pun melarang prajurit ini untuk memfoto (pembantaian itu)," demikian Kok.
Para sejarawan Belanda yang dimintai pendapatnya tidak meragukan otentisitas foto-foto tersebut. Namun kepastian lokasi dan fakta-fakta eksekusi masih belum jelas. Penelitian lebih lanjut kemungkinan dapat menghasilkan detil lebih banyak.
Prajurit dari Enschede
Pembuat foto itu, Jacobus R, adalah prajurit Belanda dari kota Enschede, saat ini telah meninggal dunia. Dia dikirim ke Indonesia dalam satuan artileri pada 1947, segera setelah aksi Agresi Militer I dan baru ditarik kembali pada 1950, seusai penyerahan kedaulatan.
Dalam sejarah korps satuannya tidak pernah dibuat laporan mengenai eksekusi tersebut. Diduga satuan artileri tersebut hanya memberi dukungan pada Pasukan Khusus atau satuan infanteri, yang melaksanakan eksekusi.
Sepanjang hayatnya Jacobus tidak pernah membicarakan secara terbuka mengenai keberadaan foto-foto itu. Album pribadinya itu kemungkinan tidak akan pernah mendapat perhatian, seandainya tidak ditemukan di bak sampah di Enschede.
Tidak diketahui siapa yang membuang album tersebut di tempat itu. Jacobus sendiri tidak mempunyai anak dan di tahun-tahun terakhir dia hidup seorang diri.
Sebelumnya eksekusi-eksekusi yang terkenal adalah di Rawagede (Jawa) dan Sulawesi Selatan. Para ahli waris korban Rawagede telah mendapat ganti rugi pada tahun lalu.
Saat ini Belanda masih harus menanggapi gugatan yang telah resmi dimasukkan (ke pengadilan Arnhem) mengenai pembantaian oleh pasukan pimpinan Kapten Westerling di Sulawesi Selatan. Berapa tepatnya jumlah korban tewas dalam dua pembantaian itu tidak jelas.
Untuk pertama kali dalam sejarah muncul foto-foto eksekusi yang dilakukan oleh militer Belanda selama tindakan agresi di Indonesia. Foto-foto tersebut berasal dari album pribadi Jacobus R., seorang prajurit Belanda.
Dalam foto itu terlihat likuidasi tiga orang Indonesia. Mereka berdiri membelakangi peleton tembak di tepi sebuah parit pada saat mereka mulai ditembaki. Dengan kata lain mereka ditembak mati dari arah belakang.
Parit tersebut, seperti terlihat pada foto kedua, penuh dengan mayat orang-orang Indonesia yang telah lebih dulu dieksekusi. Sementara di tepi parit berdiri dua tentara Belanda, dikenali dari seragam mereka.
Pertama Kali
Para ahli dari Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie/NIOD (Lembaga Dokumentasi Sejarah Belanda) dan Nederlandse Instituut voor Militaire Historie/NIMH (Lembaga Sejarah Militer Belanda) mengatakan bahwa foto-foto tersebut belum pernah terlihat sebelumnya.
"Itu bukan foto-foto biasa dan pastinya tidak setiap tentara Belanda membawa pulang foto-foto seperti ini ke rumah," ujar pegawai NIMH kepada De Volkskrant (10/7/2012).
Demikian juga pada NIOD foto-foto sejenis itu belum pernah ada. "Kami mempunyai banyak album disini. Kami menunggu suatu saat muncul foto-foto seperti itu dan inilah saatnya. Saya sendiri sebelumnya belum pernah melihatnya," cetus Rene Kok, peneliti foto pada NIOD.
"Saya sungguh terguncang ketika saya melihat foto-foto itu," imbuh Kok dikutip NRC Handelsblad (10/7/2012).
Menurut Kok, lembaganya meyakini foto-foto seperti itu dimungkinkan ada, sebab banyak prajurit Belanda saat itu membawa kamera.
"Tapi foto-foto yang ada umumnya tentang kesetiakawanan, makan-makan dan panorama. Pembantaian secara bijak tidak diabadikan. Namun ternyata tak seorang pun melarang prajurit ini untuk memfoto (pembantaian itu)," demikian Kok.
Para sejarawan Belanda yang dimintai pendapatnya tidak meragukan otentisitas foto-foto tersebut. Namun kepastian lokasi dan fakta-fakta eksekusi masih belum jelas. Penelitian lebih lanjut kemungkinan dapat menghasilkan detil lebih banyak.
Prajurit dari Enschede
Pembuat foto itu, Jacobus R, adalah prajurit Belanda dari kota Enschede, saat ini telah meninggal dunia. Dia dikirim ke Indonesia dalam satuan artileri pada 1947, segera setelah aksi Agresi Militer I dan baru ditarik kembali pada 1950, seusai penyerahan kedaulatan.
Dalam sejarah korps satuannya tidak pernah dibuat laporan mengenai eksekusi tersebut. Diduga satuan artileri tersebut hanya memberi dukungan pada Pasukan Khusus atau satuan infanteri, yang melaksanakan eksekusi.
Sepanjang hayatnya Jacobus tidak pernah membicarakan secara terbuka mengenai keberadaan foto-foto itu. Album pribadinya itu kemungkinan tidak akan pernah mendapat perhatian, seandainya tidak ditemukan di bak sampah di Enschede.
Tidak diketahui siapa yang membuang album tersebut di tempat itu. Jacobus sendiri tidak mempunyai anak dan di tahun-tahun terakhir dia hidup seorang diri.
Sebelumnya eksekusi-eksekusi yang terkenal adalah di Rawagede (Jawa) dan Sulawesi Selatan. Para ahli waris korban Rawagede telah mendapat ganti rugi pada tahun lalu.
Saat ini Belanda masih harus menanggapi gugatan yang telah resmi dimasukkan (ke pengadilan Arnhem) mengenai pembantaian oleh pasukan pimpinan Kapten Westerling di Sulawesi Selatan. Berapa tepatnya jumlah korban tewas dalam dua pembantaian itu tidak jelas.
No comments:
Post a Comment