Mungkin tak ada orang yang punya kisah hidup seaneh Marina Chapman. Ia mengaku lahir di Kolombia, diculik pada usia empat tahun, kemudian ditelantarkan di tengah hutan. Dan yang luar biasa, ia dibesarkan kawanan monyet capuchin.
Sebagai anak adopsi kawanan monyet, Marina mengaku belajar untuk menjadi monyet dewasa. Memanjat pohon, menangkap kelinci dengan tangannya. Kehidupannya yang mirip Tarzan berakhir setelah keberadaannya diketahui sejumlah pemburu.
Pemburu itu itu menukarnya dengan seekor burung beo di tempat prostitusi, melarikan diri sebelum melayani lelaki hidung belang pertamanya, menjadi pemimpin geng anak-anak, dan berakhir di Bradford, Inggris.
Maka tak mengejutkan saat kisah hidupnya yang menakjubkan dilaporkan Sunday Times, di halaman tiga, dengan judul menarik, "Me Tarzana, queen of the jungle" atau "Aku Tarzana, Sang Ratu Hutan".
Ceritanya yang mirip dongeng juga menjadi subyek buku berjudul, "The Girl With No Name" atau "Gadis Tanpa Nama" yang akan terbit di Inggris musim semi mendatang. Pembuatan film dokumenter menyusul kemudian.
Buku yang hak penerbitannya sudah terjual di tujuh negara menceritakan kisah Marina tinggal di tengah keluarga monyet capuchinnya: mengikuti kawanannya dan meniru apa yang mereka makan dan minum, ikut serta dalam aktivitas sosial primata unik itu, belajar bahasa yang mereka gunakan. Marina secara bertahap menjadi bagian dari keluarga monyet itu selama lima tahun.
"Mereka berkelahi, bermain, dan berbagi pengalaman manis juga menakutkan," demikian publikasi terkait buku tersebut. "Marina memiliki kemampuan luar biasa melebihi manusia lain seperti memanjat pohon, bergerak diam-diam, dan komunikasi binatang."
Buku itu juga menceritakan jalan hidup Marina setelah berpisah dari keluarga monyetnya. Diadopsi sebuah keluarga di Bradford, belajar menjadi koki, bekerja di National Media Museum, banting setir dengan berkarir membantu anak-anak bermasalah setelah menikah dengan ahli bakteri di tahun 1970-an.
Marina, yang diyakini berusia 50-an, tidak mengetahui pasti kapan ia lahir. Dengan alasan kesepakatan terkait penerbitan buku, ia dilarang bicara dengan orang luar tentang masa lalunya.
Sementara, para tetangganya tidak mengira ia pernah tinggal dengan kawanan monyet. Di Bradfort, ia terkenal karena pernah memasak quiche, pastri asin untuk Duke of Kent, yang memuji setinggi langit hasil masakannya itu sebagai "yang terbaik".
Ia dan suaminya John (64) dikenal hanya bicara yang perlu-perlu saja, punya selera humor baik, dan membesarkan anak-anaknya dengan normal, bukan cara monyet. Sedikit berbeda dengan pernyataan anak perempuan Marina, Vanessa James dalam sebuah laporan. "Ketika kami menginginkan makanan, kami harus membuat suara-suara tertentu."
Model sekaligus komposer itu juga mengaku ibunya kerap menceritakan pengalamannya hidup di hutan. Anak beranak itu juga pernah berkunjung ke Kolombia, melacak akar Marina. Namun tak berhasil.
Karena itulah Marina menyanggupi kisah hidupnya dijadikan bulu. Sebagian dari keuntungan dari buku itu akan disumbangkan untuk amal. Melawan perdagangan manusia dan perbudakan anak di Kolombia.
Mencurigakan
Marina bukan satu-satunya anak yang dilaporkan dibesarkan binatang. Apalagi para ahli mengatakan, monyet dikenal bisa menerima keberadaan manusia muda atau bayi dalam lingkungannya. Pada tahun 1991, seorang bocah lelaki Uganda, John Ssebunya, ditemukan sedang bersembunyi di pohon. Kala itu ia berusia tiga tahun, ia berada di alam liar dalam perawatan sekelompok monyet vervet. Saat ini, di usianya ke-27 ia belajar bicara dan menyanyi, menjadi bagian dari paduan suara.
Kasus lain yang tenar, seperti dilansir Daily Mail, pada tahun 1996, bocah dua tahun bernama Bello ditemukan hidup bersama simpanse, di utara Nigeria. Ia diduga ditelantarkan pada usia enam bulan. Saat ditemukan kali pertamanya ia berjalan mirip simpanse, menyeret lengannya. Sayang ia tak berusia panjang. Bello meninggal tahun 2005. Anak-anak lain dilaporkan dirawat oleh serigala, kambing dan anjing - tetapi monyet capuchin?
Ada aspek dalam kisah Marina yang membuat para ahli primata mengeryitkan dahi. Terutama, rata-rata tinggi capuchin antara 12 sampai 22 inchi. Mereka tak akan kuat mengangkat gadis kecil berusia 3-4 tahun tahun.
"Kalau simpanse saya masih bisa membayangkannya, atau orangutan. Tapi capuchin? Itu sangat luar biasa," kata seorang ahli.
Meski capuchin adalah mahluk sosial dan cerdas, mereka sangat agresif, punya teritori, dan kadang kejam. Masalah teritori bisa membuat mereka tega menghabisi sesamanya. "Berat rata-rata jantan dewasa 6 sampai 7 kilo, hanya setengah ukuran tubuh anak usia 3 tahun."
Apalagi, hewan itu hidup berkelompok, 30 sampai 40 ekor, berkeliaran sekitar 12-18 km per hari. Manusia tidak mungkin mengikuti gerak mereka dan menjadi bagian dari koloni mereka. Ahli itu menduga, Marina hanya selamat dari hutan, itu yang lebih masuk akal.
DOWNLOAD VIDEO
No comments:
Post a Comment